Terima Kasih (I)
Aku duduk ditepi Sungai berfikir entah tentang apa, kekosongan dan penguasaan memenuhi fikiran yang bukan dariku. Mungkin aku dapat masuk ke dalam air ini yang sedang berdansa dengan angin kencang, agar tiada ada yang ingin merasuk menguasai diri. Tak hanya sebuah Hak diberikan kepadaku, bernafas sudah sangat baik dikala terbangun. Dingin merasuk hingga tulang meringik dan panas memanyungi sampai kulit memerah.
Semua rasa tiada terasa, hanya ada pilu dan kosong yang menemani. Sebatang rokok masuk ke dalam bibir, bersama dengan keluarnya air mata kesakitan. Biarkan aku melakukan apa yang aku sukai bukan atas nama kebaikan untuk diriku. Aku muak atas alasan busuk itu. Aku milik hidupku yang Tuhan hadiahkan. Bukan aku milik kalian yang sama seperti aku.
Pernah berfikir untuk menelan pisau agar semua mati dalam penyesalan dan saling memukul dalam kepedihan. Ingin berteriak dengan Mulut Bisa, namun tangan hangat itu menampar - memukul.
Sakit Tuhan.. Ampuni Aku atas segala kesalahan dan kisah yang aku tak sanggup menyelesaikannya. Bolehkah jika aku berhenti sejenak dalan kisahku ini?.. Tanganku mengeriput bersama dengan air mata yang berteduh di dalamnya. Hendak membasuh pipi dengan mata, namun tangan lebih dulu membasuh hingga pucat tanpa warna.
0 komentar:
Posting Komentar