Terima Kasih (II)
Aku terlalu lelah untuk melangkah berpindah dudukan. Sekitarku telah sepi tak ada suara atau nafas bersiulan. Hanya duduk dengan memeluk kaki dingin. Rasanya ingin sekali menarik nafas panjang dan mengeluarkannya bersama dengan segenggam rasa sakit ini atau mungkin bisa dengan aku tidur dan saat aku terbangun semuanya sudah membaik.
Mereka semua jahat, teganya menghantam aku dengan sebongkah rasa pedih. Tak perduli apa yang terjadi padaku mereka hanya memberikan topeng palsu. Namun aku memang bodoh tetap diam dibuat terluka dan bertahan di tempat yang sama dengan harapan semua akan membaik. Ya.. Mereka pasti berubah dan menjadi putih seperti yang aku inginkan.
Aku tertidur pulas dengan masih rasa yang semakin membabi buta. Kelelahan merajai tubuhku sehingga tak ku lihat lagi dimana aku tertidur. Tuhan sungguh baik, Dia melelapkan tidurku. Sehingga tidak ada rasa yang menggangu walau setelah sadar, entah apa lagi yang akan terjadi.
Aku menangis dalam mimpi, terus menangis hingga nafasku hampir terputus. Namun tidak lama setelah itu aku merasakan sebuah kehadiran di dekatku. Begitu hangat dan nyaman. Aku menghapus air mata dan bergegas mencari; dimana, siapa hawa itu. Terlihat sosok.
Berdiri tegap dan tersenyum, namun entah mengapa aku tertawa dan menangis saat melihatnya.
0 komentar:
Posting Komentar